Jumat, 23 September 2016

cerpen hari yang tidak terlupakan

kali ini saya akan mempos karya saya. maaf bila mungkin ada kesamaan nama, tempat dan mungkin cerita yang hampir sama.


HARI YANG TIDAK TERLUPAKAN
Hari ini saya memulai untuk pekerjaan baru saya setelah lulus kuliah sebagai pemadam kebakaran. Saya pun bergegas ke tempat kerja.
          Saya pun sampai ke tempat kerja pukul delapan pagi. Saya pun bertemu dengan Diki.
          “Selamat pagi, ini Diki ya” kataku
          “Selamat pagi, ini siapa ya?”kata Diki
          “Nama saya Tatan, saya anak baru. Ini hari pertama saya sebagai pemadam kebakaran” kataku dengan semangat.
          Saya pun diperkenalkan oleh Diki dengan kawan kawan yang lain. Saya pun mengenakan baju pemadam kebakaran dengan gagahnya.
Saat jam sepuluh bel alarm bertugas pun berbunyi. Saya pun siap siap untuk mematikan kebakaran walaupun sedikit gugup
          “Diki, Anto,Tono cepat” kataku memanggil kawanku.
          “iyya kami bersiap dulu” Kata Tono menyaut.
          “Tan, kamu siapkan mobil dulu” kata Anto menimpal.
Lalu saya mengeluarkan mobil sesuai perintah Anto. Kami pun mulai jalan menuju tempat terjadinya kebakaran. Saya pun menyalakan sirine mobil agar jalan kami tidak tersendat.
          “Diki itu asap kebakarannya” kataku.
          “Iya, berarti kita sudah hampir sampai ke tempat kebakaran” kata dika menyetujui ucapanku.
          Saya pun sudah bisa melihat si jago merah yang hampir melalap 10 rumah. Kaki saya pun mulai gemetar tapi tugas tetap harus dilakukan. Disana pun sudah ada mobil pemadam. Bukan hanya satu mobil pemadam kebakaran saja tetapi 6 mobil sekaligus.
          “Diki sepertinya kita terlambat” kataku melihat sudah banyak mobil pemadam kebakaran.
          “Lebih baik telat dari pada tidak bertugas” kata Tono
Sesampainya disana saya langsung bergegas mengeluarkan selang untuk memadamkan si jago merah. Perasaanku saat itu tegang bercampur takut.
          “Tan kau kedepan bantuin Diki.” kata Anto menyuruhku.
          Aku pun mengikuti perintah Anto. Aku pun bergegas ke arah depan. Terlalu bersemangatnya aku untuk mematikan api aku tidak sadar bahwa bajuku sudah basah.
          “Tan apinya makin membesar ke beberapa rumah lain. Kita butuh bantuan.”kata Diki sambil memegang selang.
          “Iyya aku akan menelpon beberapa mobil lagi”kataku menjawab.
Aku pun kembali ke mobil untuk menelpon agar kami mendapat bantuan. Aku pun kembali untuk memadamkan api.
“Dik, aku sudah menelfon beberapa pemadam di berbagai daerah agar datang membantu.”kataku ke Diki
          “Iyya.”Kata Diki
          Tiba tiba datang seorang ibu yang kehilangan anaknya menghampiriku untuk meminta bantuan menyelamatkan anaknya yang tertinggal di dalam.
          “Nak tolong ! selamatkan anakku di dalam sana.” Kata ibu tadi dengan mata berkaca kaca.
          "iya akanku tolong”kataku menyaut.
          Aku pun segera masuk ke salah satu rumah yang terbakar tanpa memerhatikan keselamatan. Ketika aku masuk aku melihat anak ibu itu bersembunyi di bawah meja dengan keadaan tidak sadar.
Aku pun keluar dengan menggendong anak tersebut dan membawanya ke ambulan. Aku pun ikut di periksa oleh dokter yang berada di ambulan.
          Dua puluh menit kemudian bantuan dari pemadam lain datang. Tapi kami belum bisa lega karena api belum mati. Kami juga dapat kendala karena persedian air mulai menipis tapi kami bisa atasi.
          Sekitar empat puluh menit kemudian api mulai mengecil dan mudah dijinakan. Akhirnya perjuangan kami pun berakhir setelah api benar benar padam.
          “Tan, syukur ya api sudah padam” kata Anto.
          “Ya Alhamdulillah apinya sudah padam” kataku.
          “Hebat banget kamu bisa menyelamatkan anak dari kebakaran” kata Tono.
“Itu kan sudah tugas kita” Kataku.
“Tapi tetap saja kamu hebat” kata Tono

          Kerugian dari kebakaran ini sampai milyaran rupiah akan tetapi aku  senang bisa menyelamatkan nyawa orang dan memedamkan kebakaran yang terjadi. Pengalaman pertamaku ini tidak akan bisa kulupakan sampai kapan pun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar