HARI YANG TIDAK TERLUPAKAN
Hari
ini saya memulai untuk pekerjaan baru saya setelah lulus kuliah sebagai pemadam
kebakaran. Saya pun bergegas ke tempat kerja.
Saya pun sampai ke tempat kerja pukul
delapan pagi. Saya pun bertemu dengan Diki.
“Selamat pagi, ini Diki ya” kataku
“Selamat pagi, ini siapa ya?”kata Diki
“Nama saya Tatan, saya anak baru. Ini
hari pertama saya sebagai pemadam kebakaran” kataku dengan semangat.
Saya pun diperkenalkan oleh Diki
dengan kawan kawan yang lain. Saya pun mengenakan baju pemadam kebakaran dengan
gagahnya.
Saat
jam sepuluh bel alarm bertugas pun berbunyi. Saya pun siap siap untuk mematikan
kebakaran walaupun sedikit gugup
“Diki, Anto,Tono cepat” kataku
memanggil kawanku.
“iyya kami bersiap dulu” Kata Tono
menyaut.
“Tan, kamu siapkan mobil dulu” kata Anto
menimpal.
Lalu
saya mengeluarkan mobil sesuai perintah Anto. Kami pun mulai jalan menuju
tempat terjadinya kebakaran. Saya pun menyalakan sirine mobil agar jalan kami
tidak tersendat.
“Diki itu asap kebakarannya” kataku.
“Iya, berarti kita sudah hampir sampai
ke tempat kebakaran” kata dika menyetujui ucapanku.
Saya pun sudah bisa melihat si jago
merah yang hampir melalap 10 rumah. Kaki saya pun mulai gemetar tapi tugas
tetap harus dilakukan. Disana pun sudah ada mobil pemadam. Bukan hanya satu
mobil pemadam kebakaran saja tetapi 6 mobil sekaligus.
“Diki sepertinya kita terlambat” kataku
melihat sudah banyak mobil pemadam kebakaran.
“Lebih baik telat dari pada tidak
bertugas” kata Tono
Sesampainya
disana saya langsung bergegas mengeluarkan selang untuk memadamkan si jago
merah. Perasaanku saat itu tegang bercampur takut.
“Tan kau kedepan bantuin Diki.” kata Anto
menyuruhku.
Aku pun mengikuti perintah Anto. Aku pun
bergegas ke arah depan. Terlalu bersemangatnya aku untuk mematikan api aku
tidak sadar bahwa bajuku sudah basah.
“Tan apinya makin membesar ke beberapa
rumah lain. Kita butuh bantuan.”kata Diki sambil memegang selang.
“Iyya aku akan menelpon beberapa mobil
lagi”kataku menjawab.
Aku
pun kembali ke mobil untuk menelpon agar kami mendapat bantuan. Aku pun kembali
untuk memadamkan api.
“Dik,
aku sudah menelfon beberapa pemadam di berbagai daerah agar datang membantu.”kataku
ke Diki
“Iyya.”Kata Diki
Tiba tiba datang seorang ibu yang
kehilangan anaknya menghampiriku untuk meminta bantuan menyelamatkan anaknya
yang tertinggal di dalam.
“Nak tolong ! selamatkan anakku di
dalam sana.” Kata ibu tadi dengan mata berkaca kaca.
"iya akanku tolong”kataku
menyaut.
Aku pun segera masuk ke salah satu rumah
yang terbakar tanpa memerhatikan keselamatan. Ketika aku masuk aku melihat anak
ibu itu bersembunyi di bawah meja dengan keadaan tidak sadar.
Aku
pun keluar dengan menggendong anak tersebut dan membawanya ke ambulan. Aku pun
ikut di periksa oleh dokter yang berada di ambulan.
Dua puluh menit kemudian bantuan dari
pemadam lain datang. Tapi kami belum bisa lega karena api belum mati. Kami juga
dapat kendala karena persedian air mulai menipis tapi kami bisa atasi.
Sekitar empat puluh menit kemudian api
mulai mengecil dan mudah dijinakan. Akhirnya perjuangan kami pun berakhir
setelah api benar benar padam.
“Tan, syukur ya api sudah padam” kata
Anto.
“Ya Alhamdulillah apinya sudah padam”
kataku.
“Hebat banget kamu bisa menyelamatkan
anak dari kebakaran” kata Tono.
“Itu
kan sudah tugas kita” Kataku.
“Tapi
tetap saja kamu hebat” kata Tono
Kerugian dari kebakaran ini sampai
milyaran rupiah akan tetapi aku senang
bisa menyelamatkan nyawa orang dan memedamkan kebakaran yang terjadi.
Pengalaman pertamaku ini tidak akan bisa kulupakan sampai kapan pun.